·
Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB
diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di
dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB
berbeda dariproduk nasional
bruto karena memasukkan pendapatan
faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB
hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah
produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak.
Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
PDB
Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa
memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil <!-(atau
disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan)--> mengoreksi angka PDB nominal dengan
memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat
dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan
pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran
adalah:
Di
mana konsumsi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran
pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impormelibatkan sektor luar negeri.
Sementara
pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi:
Di
mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap
seperti tanah, upah untuk
tenaga kerja, bunga untuk
pemilik modal, dan laba untuk
pengusaha.
Secara
teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan
angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan
pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan
pengeluaran.
·
Perubahan dan Pertumbuhan Stuktur
Ekonomi
Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk
membangun Manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus
dilaksanakan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pembangunan ekonomi harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sector akan memberikan dampak baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan lapangan kerja,
sehingga diharapkan peningkatan pendapatan, serta kesejahteraan masyarakat
dapat diperbaiki. Pembvangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu
wilayah dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP
riil di wilayah tersebut.
Stuktur Perekonomian Indonesia, berdasarkan tinjauan
makro-sektoral perekonomian suatu Negara dapat berstuktur agraris
(agricultural), industry (industrial), niaga (commercial) hal ini tergantung
pada sector mana yang dapat menjadi tulang punggung perekonomian Negara yang
bersangkutan. Pergeseran stuktur ekonomi secara makro-sektoral senada dengan
pergerannya secara keruangan (spasial). Ditinjau dari sudut pandang keuangan,
stuktur perekonomian telah bergeser dari stuktur pedesaan menjadi stuktur
perkotaan modern. Stuktur perekonomian Indonesia sejak awal orde baru hingga
pertengahan darsa warsa 1980-an berstuktur etatis dimana pemerintah atau Negara
dengan BUMN dan BUMD sebagai perpanjangan tangannya merupakan pelaku utama
perekonomian Indonesia. Baru mulai pertengahan dasa warsa 1990-an peran
pemerintah peran pemeintah dalam perekonomian berangsur-angsur dikurangi, yaitu
sesudah secara eksplisit dituangkan melalui GBHN 1988/1989 mengundang kalangan
swasta untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional. Stuktur ekonomi
dapat pula dilihat berdasarkan tunjauan birokrasi pengambilan keputusan.
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya dapat dikatakan bahwa
stuktur perekonomian selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah
sentralistis. Dalam stuktur ekonomi yang sentralistik, pembuatan keputusan
(decision-making) lebih banyak ditetapkan pemerintah pusat atau kalangan atas
pemerintah (bottom-up).
·
Pertumbuhan Ekonomi Selama Orba Hingga
Saat Ini
Melihat kondisi
pertumbuhan selama pemerintahan Orde Baru (sebelum krisis ekonomi 1997) dapat
dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang
spektakuler, paling tidak pada tingkat makro. Pada tahun 1968 PN per kapita
masih sangat rendah, hanya sekitar US$60 laju pertumbuhan7%-8% selama 1970-an
dan turun ke 3%-4% pada tahun 1980-an, hal ini disebabkan oleh factor eksternal
seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar internasional menjelang
pertengahan 1980-an dan resesi ekonomi dunia pada decade yang sama. Sejak jaman
orde baru Indonesia menganut system ekonomi terbuka, maka goncangan eksternaal
terasa dampaknya terhadap pertumbuhan
Indonesia. Perekonomian nasional pada saat itu tergantung pada pemasukan dolar
AS dari hasil ekspor komoditi primer yaitu minyak dan pertanian . tahun 1968 PN
per kapita US$56,7; 1973 US$126,3; 1978 US$260,3 ; 1983 US$494,0; 1988
US$467,5; 1993 US$833,1; 1997 US$1088,1; US$640,0 dan 1999 US$580,0.
Pada saat krisis
ekonomi mencapai klimaksnya, yakni yahun 1998, laju pertumbuhan PDB jatuh
drastic hingga 13,1%. Namun pada tahun 1999 kembali positif, walaupun sangat
kecil yaitu 0,8% dan tahun 2000 naik hingga 5%. Yang disebabkan pada masa
gusdur, pemerintah, masyarakat khususnya para pelaku bisnis sempat optimis
mengenai prospek pertumbuhan Indonesia. Akan tetapi tahun 2001 pertumbuhan
ekonomi kembali merosot hingga 3,3% akibat gejolak politik yang sempat memanas
kembali, dan tahun 2002 pertumbuhan mengalami sedikit perbaikan menjadi 3,66%.
Pemerintah SBY-Jusuf Kalla dunilai sukses menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi
dengan agenda demokratisasi. Sitiuasi ini berbeda dengan era orde baru dimana
ekonomi tumbuh namun demokrasi terbaiknya. Biaya yang mahal seperti pelanggaran
hak asasi manusia.
·
Faktor-faktor Penentu Prospek
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
a) Faktor Sumber Daya
Manusia,
Sama
halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan,
cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.
b) Faktor Sumber Daya Alam,
Sebagian
besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses
pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber
daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
c) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan
proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi,
kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan
dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
d) Faktor Budaya,
Faktor budaya memberikan dampak
tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat
berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat
juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan
diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya.
Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
e) Sumber Daya Modal,
Sumber
daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar